Jumat, 20 November 2009

Bangunan unik



Ini adalah stadion sepakbola yg bernama Allianz Arena, Jerman. Di lihat dari bentuk bangunannya terlihat seperti UFO. Kalau di malam hari bisa berubah warna seperti merah, biru dan putih. Memiliki irama yg statis. Menurut saya bangunan ini sangat unik.

Bangunan Historicism, Romantisme, Visionary, Rasionalisme



Historicism, dalam arti luas, berarti kembali ke gaya sejarah, misalnya seperti yang juga digunakan selama Renaissance. Namun istilah ini dipahami untuk arti pencarian yang semakin sempit dan gaya pluralisme dalam paruh kedua pada abad ke-19. Historicism dapat dilihat sebagai penutup dari arsitektur klasik. Seperti di Inggris masa akhir Gothic, gaya dominan yang tegak lurus, di depan bangunan berkisi hiasan. Irama terkendali, yang diperoleh dari aksen façade horisontal yang kuat. Ornamen yang sama diberikan pada bangunan secara berulang sampai dihiasi sepenuhnya. Dapat dilihat karakteristik historicism adalah kesatuan. Jadi, penganut aliran ini ingin tetap menampilkan komponen-komponen bangunan yang berasal dari komponen-komponen klasik tetapi ditampilkan dengan penyelesaian yang modern, misalnya bentuk klasik yang dulunya menggunakan bahan dari kayu diganti dengan bahan beton tetapi diberikan ornamen.

Catatan Historicism itu mempunyai definisi lain yang relevan dalam arsitektur post-modern, pendapat Colquohoun adalah sebagai berikut :

- Memperhatikan arsitektur masa lalu

- Membuat bentukan-bentukan yang mencerminkan sejarah, elemen-elemen yang membentuk suatu seni, pastiche, rekontruksi otentik, pendemonstrasian suatu bentuk sesuai dengan arti/tujuan yang ingin dicapai.

Jadi ciri Arsitektur Historicism :

1. Mengambil kembali gaya sejarah, namun dengan penyelesaian modern

2. Menggunakan design interior antik

3. Masih menggunakan ornamen

4. Mengambil kembali gaya Gothic (Gaya dominan yang tegak lurus : Inggris (London), German)

5. Mengambil bentukan khas dari negara masing-masing
Ciri khas arsitektur Historicism yang ada pada bangunan ini dapat dilihat bahwa bentuk dari bangunan ini mengambil bentuk bangunan pada zaman Mesir kuno yaitu Pyramid, sesuai dengan ciri khas arsitektur Historicism yaitu bangunan yang berkonsep sejarah tetapi dengan penyelesaian modern. Dapat dilihat material yang digunakan pada bangunan ini bukanlah material yang digunakan pada Pyramid yaitu batu sehingga terkesan berat dan bangunan yang tertutup, tetapi sudah digunakan kaca dan pada bangunan ini digunakan rangka baja sehingga terkesan lebih ringan. Selain itu, dapat dilihat pada bangunan ini masih menggunakan ornamen.





Arsitektur Visionary adalah nama yang diberikan untuk arsitektur yang ada hanya di atas kertas atau yang memiliki kualitas visioner. Etienne-Louis Boullée, Claude Nicolas Ledoux dan Jean-Jacques Lequeu adalah salah satu contoh awal dari disiplin. Tapi karya Giovanni Battista Piranesi, Antonio Sant’Elia dan Buckminster Fuller juga disertakan. Arsitektur Visionary yang terkonsentrasi pada awal abad ke-20, diwarnai oleh arsitek-arsitek pengguna teknologi ekstrim dan terkadang di luar kebiasaan tradisi saat itu atau boleh dikatakan mendewakan konteks hi-tech. Diantara mereka adalah Norman Foster dan Richard Rogers.

Arsitektur Visionary model bangunannya beragam, biasanya tidak bisa terbangun sama sekali namun kadang juga bangunannya mungkin hampir bisa dibangun. Selain konsep teknologi yang terlalu maju dalam pandangan surreal, Era digital dan kebangkitan cyberspace juga memengaruhi proses berpikir atau gagasan. Meski tidak bisa dibangun tetapi imajinasinya selalu menantang dan menjadi terobosan pemikiran.

Jadi ciri Arsitektur Visionary :

1. Memiliki bentukan yang ekstrim

2. Tidak terikat oleh aturan-aturan lama (tradisional)

3. Hi-Tech (menggunakan teknologi yang sangat canggih)

4. Konsep bangunan dengan imajinasi yang menantang (pendobrak)

5. Pola pikirnya adalah optimis dalam berkarya

Salah satu karya dari Norman Foster adalah Hearst Tower di Manhattan, New York, Amerika Serikat. Ciri khas visionary dari bangunan ini dapat dilihat dari bentuknya. Dapat dilihat bahwa bentuk menara ini tidak biasa, berbeda dengan bentuk bangunan pada umumnya, karena berbentuk seperti segitiga yang ditumpuk-tumpuk.

Dapat dilihat bahwa arsitek menara ini, dalam membangun menara ini mempunyai konsep imajinasi yang berkaitan dengan teknologi sesuai dengan konsep arsitektur visionary. Menurut Foster + Partners, arsitektur yang membangun menara ini, menara ini dibangun menggunakan 85 persen daur ulang baja dan dirancang untuk mengkonsumsi 26 persen lebih sedikit energi daripada tetangga konvensional. Karena material yang digunakan kebanyakan adalah baja dan kaca, sehingga lebih menunjukkan menara ini lebih berkonsep teknologi maju.




Romantisisme adalah sebuah gerakan seni, sastra dan intelektual yang berasal dari Eropa Barat abad ke-18 pada masa Revolusi Industri. Gerakan ini sebagian merupakan revolusi melawan norma-norma kebangsawanan, sosial dan politik dari Periode Pencerahan dan reaksi terhadap rasionalisasi terhadap alam, dalam seni dan sastra. Gerakan ini menekankan emosi yang kuat sebagai sumber dari pengalaman estetika, memberikan tekanan baru terhadap emosi-emosi seperti rasa takut, ngeri, dan takjub yang dialami ketika seseorang menghadapi yang sublim dari alam. Gerakan ini mengangkat seni rakyat, alam dan kebiasaan, serta menganjurkan epistemologi yang didasarkan pada alam, termasuk aktivitas manusia yang dikondisikan oleh alam dalam bentuk bahasa, kebiasaan dan tradisi. Ia dipengaruhi oleh gagasan-gagasan Pencerahan dan mengagungkan medievalisme serta unsur-unsur seni dan narasi yang dianggap berasal dari periode Pertengahan. Nama “romantik” sendiri berasal dari istilah “romans” yaitu narasi heroik prosa atau puitis yang berasal dari sastra Abad Pertengahan dan Romantik.
Meninjau penjelasan tentang romantisisme diatas, maka arsitektur romantisme adalah suatu konsep dalam perancangan sebuah bangunan arsitektur dengan mengedepankan nilai-nilai estetika yang dapat menjadi sebuah kesan dan mewakili sejarah.

Jika melihat bangunan diatas maka memberikan kesan kepada yang melihatnya. Seperti Taj Mahal di India. Jika kita melihatnya dapat memberikan kesan bahwa banguanan ini identik dengan kerajaa, keagamaan, dan sebuah arti simbolik dari suatu negri. Begitulah arsitektur romantisme dapat memberikan sebuah penekanan estetika dan emosional seperti rasa takut, takjub, dll.

Menilai dari segi fungsi, bangunan ini belum mengedepankan segi fungsi secara total. Karena terlihat sebuah bangunan arsitektur bernuansa estetika yang dapat menimbulkan sebuah kesan.

Dari segi estetikanya sangatlah menonjol. Bentukannya yang fenomenal dan memberikan kesan takjub. Bangunan arsitektur romantisme ini dapat digolongkan pula pada arsitektur gaya art nouveau dan art deco. Karena keduanya memiliki ciri khas bangunan yang memiliki ornamen-ornamen yang memberikan penilaian bangunannya memiliki nilaiestetika.





Dalam dunia arsitektur terdapat banyak sekali jenis konsep yang bisa diterapkan dalam sebuah karya arsitektur, salah satunya adalah konsep rasionalisme, yang mulai dikenal pada awal arsitektur modern, yang bermula pada awal abad 16 hingga abad 19. Ada beberapa teori rasionalisme yang dikemukakan, namun dari beberapa teori rasionalisme yang telah dikemukakan semuanya mengacu pada satu maksud yaitu fungsi bangunan. Oleh sebab itu rasionalisme sering disebut juga dengan funsionalisme. Rasionalime dalam karya arsitektur itu sendiri adalah menerapkan konsep rasionalisme ke dalam sebuah bangunan arsitektur secara benar baik dari segi funsional, faktor kenyamanan, maupun estetika. Untuk bangunan publik penerapan konsep rasionalisme dapat ditinjau dari segi arsitektur berdasarkan morfologinya, yaitu: – Spasial : berhubungan dengan ruang. – Stilistiks : berhubungan dengan fasade bangunan. – Struktural : berhubungan dengan struktur yang digunakan oleh bangunan.

Melihat contoh bangunan diatas, dapat kta golongkan menjadi arsitektur modern. Karena bentukannya yang mengikuti fungsi. Oleh sebab itu arsitektur rasioalisme disebut juga fungsionalisme. Bentuk bangunannya yang sederhana tanpa ada ornamen-ornamen menjadikan bangunan ini tergolong modern.

Dinilai dari segi fungsi. Menurut saya, bangunan ini memiliki bentukan yang lebih mendukung pada fungsi bangunan itu sendiri untuk kehidupan. Bentuk dasarnya yang terkesan kotak, maka dilihat dari sisi luar bangunan itu dapat dipastikan bahwa ruangan-ruangannya pun memiliki ukuran yang sangat fungsional. Bangunan seperti ini sangat tepat jika untuk kehidupan lebih nyaman dan aman.

Tetapi jika dinilai dari segi estetika, Menurut saya, bangunan ini minim sekali memiliki kesan keindahan. Karena bentukannya yang cepat menjenuhkan mata. Tidak ada hiasan-hiasan yang menjadikan kesan bagi yang melihat bangunan ini. Bangunan ini bisa saja memiliki nilai estetika yang lebih, jika saja arsitektur lansekapnya mendukung.

Namun jika membangun bangunan ini tepat untuk keadaan sebuah daerah yang padat penduduk. Karena semakin padatnya penduduk, maka dibutuhkan sebuah pembangunan yang vertikal dan fungsional. Tidak mungkin keadaan penduduk yang padat membangun sebuah bangunan rendah dan memanjang. Karena itu memangkas banyak lahan dan mempersempit keadaan.

Arsitektur di Jalan Jendral Sudirman



Bangunan di sekitar Sudirman sudah sangat modern karena merupakan pusat perkembangan ekonomi di Jakarta. Bangunannya pun mempunyai desain yang cukup unik dan beragam-ragam bentuknya. Proyek penghijauannya pun cukup karena sudah banyak pohon-pohon yang di tanam. Cukup menarik dan perlu di tambahkan lagi tanaman-tanaman agar di mengurangi tingkat polusi di Jakarta, dimana sudah sangat parah polusinya.

Paham-paham Arsitektur

Makna arsitektur dicari dalam proses perancangan dan diungkapkan dalam pembicaraan yang penuh perhatian. Perhatian ini secara khusus terlingkup dalam paham fenomenologi, di mana sebuah proses perancangan dibawa kepada ekspresi murni yang menggambarkan arti konsep esensi dan formula yang mengaturnya. Esensi membuat arsitektur dapat dikenali dalam intuisi yang berhubungan dengan akar murni dalam realisme pembuktian diri yang asli. Aktualisasinya dengan cara ‘membuat kembali’ dan ‘kembali kepada basis’. Paham fenomenologi ternyata bukanlah satu-satunya tolok ukur dalam menilai kebenaran arsitektur. Beberapa paham lain juga perlu dipelajari agar apresiasi dapat berjalan secara obyektif. Paham-paham tersebut dalam sejarah telah mengisi berbagai pemikiran dunia tentang arsitektur yang terdefinisikan melaui ebrbagai filsafat.

Filsafat merupakan sebuah ilmu pengetahuan kuno yang telah dikembangkan sejak beberapa abad sebelum masehi. Banyak filsuf menghasilkan pemikiran-pemikiran yang mempengaruhi pengambilan keputusan, termasuk di dalam arsitektur. Sejak awal perkembangannya pemahaman tentang arsitektur dipengaruhi filsafat tradisional barat, kemudian dalam era modern muncul filsafat-filsafat baru yang cukup deras.
Paham rasionalis mempengaruhi cara pandang terhadap arsitektur agar dapat terwujud dengan logika.
Paham empiris merupakan pemikiran yang mengarahkan arsitektur agar dapat terwujud dari keberhasilan kegiatan percobaan. Paham strukturalis berusaha mencari kembali makna kehadiran arsitektur sebagai sebuah sistem.
Paham pragmatis menetapkan bahwa arsitektur selayaknya dibuat berdasarkan model.
Paham fenomenologi memandang pengalaman sebagai aspek penting dalam berarsitektur.
Paham intuitif melihat pentingnya rasa dari seorang arsitek dalam mewujudkan karya.
Setiap paham memiliki sudut pandang tersendiri dalam menilai dan mewujudkan arsitektur. Paham-pahm tersebut berguna sebagai pegangan dalam menilai karya arsitektur baik dariperwujudannya maupun konsepnya. Perwujudan merupakan aspek teraga (tangibe), sedagkan konsep merupakan aspek yang tidak teraga (intangible).

Aspek tangible dan intangible telah mewarnai perwujudan arsitektur berdasarkan sudut pandang yang digunakan oleh arsitek. Seseorang yang ingin berapresiasi dengan karya arsitek tertentu selayaknya menempatkan diri dalam sudut pandang yang sama dengan arsitektnya. Seorang arsitek yang menghasilkan karya dengan aspek tangible dalam sudut pandang struktural tentu tidak akan dapat diapresiasi oleh seseorang dengan penilaian intangible yang berada dalam sudut pandang eksotisme. Seseorang yang selalu berapresiasi dengan penilaian intangible dalam sudut pandang paradoksial (perlawanan azas) juga tidak akan pernah dapat melakukan apresiasi secara tepat pada karya arsitektur yang menggunakan aspek tangible olah geometri. Demikianlah pentingnya sudut pandang sebagai konteks yang harus dipegang secara bersama antara karya arsitektur dan orang yang berapresiasi dengannya. Setiap orag memiliki pemikiran tersndiri dalam menilai yang dipengaruhi oleh pandangan-pandangan tertentu. Segenap pandangan manusia terjabarkan dalam permasalahan yangmenyakngkut ‘persepsi’.

Persepsi adalah proses memperoleh atau menerima informasi dari lingkungan. Persepsi dari sebuah apresiasi arsitektur tidak hanya terpengaruh indera manusia, namun juga penafsiran pengalamnnya (the interpretation of experience). Ketika seseorang berapresiasi dengan arsitektur, maka secara psikologis terjadi sebuah stimulus (rangsangan). Individu menjadi sadar akan adanya stimuli melalui sel saraf reseptor (indera). Jika sejumlah penginderaan dikoordinasikan dalam pusat saraf yang lebih tinggi (otak) maka manusia bisa mengenali dan berapresiasi dengan sebuah obyek arsitektur. Dalam proses pemikiran yang lebih lanjut individu akan mencari hubungan obyek dengan suatu gejala atau peristiwa. Seseorang yang berapresiasi dengan hasil karya arsitek perlu untuk memiliki persepsi yang sama dari hasil pembelajaran pengalaman-pegalaman manusia. Keselarasan persepsi itulah yang akan menjadi tolok ukur keberhasilan desain arsitektur. Jika persepsi tidak selaras, maka bisa dimungkinkan tujuan desain akan berbeda dengan segala sesuatu yang dialami oleh penguna. Untuk menilai pengalaman perseptual dan berbagai fenomena arsitektur lainnya perlu dilakukan pembelajaran melalui evaluasi karya arsitektur yang telah digunakan.

Senin, 16 November 2009

Bangunan Anti Gempa

Styrofoam dome houses: rumah dengan bahan styrofoam yang ringan dan anti gempa





Bahan styrofoam yang kita kenal kebanyakan digunakan untuk hal sehari-hari seperti untuk kotak pendingin, packaging dan gelas kopi sekali pakai tetapi ternyata styrofoam bisa bisa digunakan juga untuk membangun rumah loh!!

Japan Dome House Co. Ltd. adalah perusahaan yang membuat rumah dengan bahan dasar Styrofoam ini.



Dengan penggunaan bahan ini maka banyak keuntungan yang didapat selain lebih cepat, ringan dan murah (setidaknya untuk ukuran orang Jepang).




Keuntungan lainnya adalah dapat mengurangi panas yang masuk sehingga dapat meminimalkan penggunaan AC, sirkulasi udara yang lebih baik, anti gempa dan tidak akan berkarat maupun lapuk dimakan usia dibandingkan dengan menggunakan besi dan kayu.

Rumah yang dibuat berbentuk sebuah kubah (dome) yang dapat dimodifikasi serta diaplikasikan ke segala macam kebutuhan, mulai dari rumah tinggal, bar, karaoke bahkan sampai spa.





Untuk membangun satu buah rumah tinggal standar dengan ukuran 7,7 m (lebar) x 3,85 m (tinggi) atau luas sekitar 44 m2, hanya dibutuhkan waktu sekitar 7 hari dengan memakai 3-4 orang tetapi harga untuk satu buah rumah ini US$ 30.000 (sekitar Rp. 300 juta).

Saat ini bahkan sudah didirikan sebuah perkampungan rumah kubah ini di Kyushu (Aso Farm Land Resort) yang mempunyai 480 rumah kubah.



Sabtu, 14 November 2009

Tokoh Arsitektur

Le Corbusier

* Notre-Dame-du-Haut Ronchamp (1950-1954)

Arsitekturnya cukup controversial, lepas bebas dari bentuk biasa gereja dan kapel yang pernah ada. Dinding-dindingnya tidak ada yang lurus dan tegak seperti pada lazimnya bangunan pada umumnya, semuanya merupakan komposisi dari sinding meliuk-liuk berdenah kurva. Din-ding sangat tebal ini diberi jendela besar kecil disusun bebas dalam komposisi abstrak. Jendela-jendela dihias dengan kaca berwarna dari lukisan abstrak bertema lukisan religius Katolik. Atatp terbuat dari beton bertulang exposed, melengkung berwarna gelap kontras dengan warna dinding-nya yang putih. Ruang dalam terbentuk oleh atap, lubang-lubang jendela dalam dinding tebal tidak sejajar satu dengan yang lainnya merupakan bagian dari sistem akustik yang sangat baik.


Frank Llyod Wright


* Guggenheim Museum di New York (1942-1957)

Menerapkan konsep “arsitektur organik”, dimana ruang dan bentuk terpadu. Potongan dan pandangan dari luar secara bersamaan menyatu secara meyakinkan dalam bentuk tiga dimensional dan ruang, diwujudkan dalam konstruksi beton spiral. Pada puncak spiral terdapat kubah kaca yang menerangi semua ruangan secara alami. Terdiri dari dua unit, yang berdiri di atas “landasan” yang denahnya juga kurva mengikuti bentuk di atasnya.

Ludwig Mies van der Rohe

* Rumah tinggal Edith Farnsworth, Plano, Illinois, 1946-1951

* Crown Hall, Illinois Institute of Technology, 1950-1956.

Hugo Alfar Henrik Aalto

Mempunyai bentuk yang aneh tidak seperti bangunan pada umumnya, mengacu pada fungsi dan kebutuhan ruang sesuai dengan kegiatannya. Kontras dalam bentuk dan warna yang menjadi cirri arsitektur modern. Menampilkan kompleks atau unit bangunan yang indah dan menarik.

Pier Luigi Nervi

* Palazetto dello Sport, Rome, 1956-1957

Merupakan istana olahraga yang dirancang dengan struktur dan teknologi yang canggih. Kolom-kolom berbentuk V menyangga sebuah kubah. Unsur-unsur tersebut sebagian dibuat di pabrik. Menggunakan sistem struktur space-frame. Unsur-unsur atau bagian-bagian dari struktur menyatu, baik dari luar maupun dari dalam membentuk jaringan garis-garis geometris simetris teratur, merata menjadi bagian dari dekorasi.

Louis I. Kahn

* Yale University Art Gallery, New Haven, 1951-1953

University of Pennsylvania, Philladelphia, 1958-1960

Philip Johnson

* Robert Wiley House, new Cannaan, Connecticut

Menggunakan rangka baja penuh sebagai dinding menyatu dengan pintu dan jendela. Rumah ini berdiri diatas lantai bawahnya, dan sebagian atap lantai bawah yang datar dijadikan teras.

Paul Rudolph

* Art and Architecture Building, Yale University, New Haven, Connecticut, 1962-1963

* Crawford Manor Aparment 1962-1966, New Haven, Connecticut

Ieoh Ming Pei

* Mile Hight Center, Denver, Colorado, 1952-1956

* Kips Bay Plaza, New York, 1957-1962

Kevin Roche

* College Life Insurance Building, Indiana, 1969

Berbentuk unik, asli, dan otentik. Secara geometris tidak sepenuhnya berbentuk pyramid tetapi gedung ini sering disebut sliced glass pyramids. Terdiri dari 3 unit berbentuk sama satu dengan yang lain bergandengan, berbentuk pyramid terpancung di atas dan terpotong di sisi sehingga salah satu sisinya tegak massif. Berdinding luar kaca, memiliki struktur inti atau core.

Eero Saarinen

* General Motors Buildings, Detroit, USA, 1951